Article Sastra

5 Novel Pramoedya Ananta Toer Terbaik yang Harus Kamu Baca

Ingin membaca buku dari penulis Indonesia yang berkualitas? Yuk, cek 5 rekomendasi novel Pramoedya Ananta Toer terbaik ini. Generasi muda zamrud kathulistiwa bisa belajar banyak dari berbagai karya Pram tersebut.

 0
5 Novel Pramoedya Ananta Toer Terbaik yang Harus Kamu Baca

Apa saja novel Pramoedya Ananta Toer terbaik yang harus dibaca? Pramoedya Ananta Toer atau biasa disebut Pram merupakan salah satu penulis terbaik di Indonesia.

Karya-karyanya dipenuhi dengan semangat nasionalisme, keadilan sosial, dan kemajuan berpikir. Ia juga merupakan saksi hidup era penjajahan yang kejam dan tak berperikemanusiaan.

Jadi apa saja buku Pram yang recommended? Yuk, cek lima daftarnya di bawah ini. Jadikan kelima buku tersebut sebagai target untuk dibaca di masa mendatang.

5 Novel Pramoedya Ananta Toer Paling Bagus

1. Tetralogi Pulau Buru

Tetralogi Pulau Buru sebetulnya bukan merupakan satu buku tunggal. Tetralogi Pulau Buru terdiri atas empat seri novel yang juga sering disebut sebagai Buru Quartet.

Keempatnya terdiri atas:

  • Bumi Manusia
  • Anak Semua Bangsa
  • Jejak Langkah
  • Rumah Kaca

Keseluruhan seri buku ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang pemuda bernama Minke di era penjajahan Belanda. Minke adalah anak dari ningrat Jawa yang merasakan pendidikan Eropa.

Meski mulanya naif, perlahan-lahan Minke mulai menyadari ketidakadilan pada sistem kolonial di Hindia. Ia pun mulai menyuarakan opininya lewat berbagai tulisan.

Sayangnya, gerak-gerik Minke pada akhirnya membuat Belanda curiga. Di akhir hidupnya, aset-asetnya disita dan ia diasingkan di luar Jawa.

Kisah Minke telah diadaptasi ke layar lebar oleh Hanung Bramantyo. Sosok Minke diperankan oleh aktor muda yang ganteng, Iqbaal.

2. Arus Balik

Arus Balik adalah salah satu novel Pramoedya Ananta Toer yang wajib dibaca. Novel ini mengangkat tema era pra penjajahan saat nusantara masih terbagi atas kerajaan-kerajaan lokal.

Namun kedamaian di kepulauan Asia Tenggara ini akhirnya berakhir saat bangsa penjajah mulai datang. Di situlah, Galeng, seorang pemuda biasa ditugaskan oleh negaranya untuk menghalau bangsa penjajah.

Sayangnya, segala upaya Galeng tak membuahkan hasil yang baik. Perpecahan di internal kerajaan hingga keterbelakangan teknologi membuat kerajaan-kerajaan di nusantara kewalahan melawan Peranggi atau Portugis.

Novel yang terdiri atas 800 halaman ini pun harus berakhir dengan ending yang pahit. Namun dari situlah, para pembaca bisa mengambil hikmah yang teramat penting.

3. Arok Dedes

Kisah antara Ken Arok dan Ken Dedes begitu melegenda di tanah Jawa. Namun di bukunya ini, Pram menuliskan kembali cerita tersebut dengan sudut pandang yang berbeda.

Pram menggunakan pendekatan yang lebih realistis sembari meniadakan bumbu-bumbu yang bersifat mistis. Hasilnya tentu sangat menarik.

Ken Arok di novel ini diceritakan sebagai seorang pemuda yang memimpin pemberontakan kaum tertindas. Ia menjadi harapan para budak, rakyat jelata, dan kaum brahmana.

Novel ini juga menyajikan berbagai intrik politik yang menarik. Ken Arok bukan hanya piawai berperang namun juga mahir memilih langkah politik yang menguntungkan.

4. Gadis Pantai

Tak afdol membahas novel Pramoedya Ananta Toer tanpa menyebut judul Gadis Pantai. Novel ini berkisah tentang seorang perempuan jelata yang cantik jelita. 

Sang perempuan yang di sepanjang bukunya disebut Gadis Pantai dan Mas Nganten dinikahkan dengan seorang pria bangsawan Jawa. Namun statusnya bukan sebagai istri sah.

Pada mulanya, Gadis Pantai merasa terkekang hidup di rumah suaminya yang megah. Ia tidak suka dengan aturan yang begitu banyak meski hidup serba mewah.

Namun saat mengandung, ia mulai takut dicerai suaminya. Ia pun berusaha sebaik mungkin agar dicintai sang suami yang jauh lebih tua tersebut.

Naas, nasib tak berpihak padanya. Sebab bagaimanapun juga, ia hanyalah perempuan jelata yang tak memiliki darah biru.

5. Mangir

Novel ini mengambil latar tanah Jawa ketika Majapahit telah runtuh. Absennya kekuasaan tunggal tersebut menyebabkan Jawa dalam posisi yang tidak stabil.

Dalam situasi ini, terjadi peperangan antara Mangir dengan Mataram. Malapetaka pun terjadi di mana-mana. Hasil peperangan menyisakan wilayah perdikan yang diperintah secara independen.

Mereka tidak perlu membayar pajak atau upeti ke penguasa.Namun situasi ini masih jauh dari kata stabil. Perdikan Mangir muncul dan konflik terjadi dengan Kesultanan Mataram.

Kiranya, itulah 5 novel Pramoedya Ananta Toer yang recommended dibaca. Semoga informasi ini bermanfaat ya.


Share Your News on Netizen Indonesia

Got news to share? Post your stories, updates, and announcements on Netizen Indonesia and reach a wider audience. Join our community today and make your voice heard!


What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow