Wanita Rela Cium Bibir Pria Tak di Kenal Demi Menyelamatkan Hidupnya

Seorang wanita tengah viral setelah melakukan aksi heroik demi menyelamatkan seorang pria yang berniat mengakhiri hidup.

Wanita Rela Cium Bibir Pria Tak di Kenal Demi Menyelamatkan Hidupnya

Seorang wanita tengah viral setelah melakukan aksi heroik demi menyelamatkan seorang pria yang berniat mengakhiri hidup.

Gadis itu tiba-tiba mencium bibir pria yang berniat mengakhiri hidupnya sehingga pria itu lengah dan akhirnya bisa diselamatkan oleh petugas.

Peristiwa penyelamatan yang langka ini terjadi di kota Shenzhen, provinsi Guangdong, Tiongkok.

Dikutip dari laman eva.vn Jumat (17/3/2024), gadis cium siswa yang hendak akhiri hidup itu adalah Luu Van Tu (19).

Pada hari itu Luu Van Tu dan kerabatnya sedang berada di pusat perbelanjaan dan melihat kerumunan orang di dekat jembatan layang, termasuk polisi dan petugas pemadam kebakaran.

Persimpangan lalu lintas telah ditutup dan kasur udara telah disiapkan petugas penyelamat.

Ketika mendekat, Luu Van Tu mengetahui bahwa ada seseorang pria yang menempel di jembatan.

Anak laki-laki itu memegang pisau di tangannya dan berniat untuk mengakhiri hidupnya.

Pria itu berteriak dengan putus asa:

“Tidak ada yang pernah peduli padaku, jadi mengapa aku hidup di dunia ini? Jangan kemari, jika kamu mendekat, aku akan melompat ke bawah!” teriak siswa itu.

Di lokasi, semua orang hanya bisa saling berbisik dan tidak ada yang berani meyakinkan anak laki-laki itu.

Melihat itu, tiba-tiba Luu Van Tu berdiri dan mengakui bahwa ia adalah pacarnya.

Ia tidak peduli dengan pandangan orang-orang di sekelilingnya, ia hanya ingin menyelamatkan nyawa siswa laki-laki itu.

Setelah mendekatinya, Luu Van Tu hanya perlu menanyakan beberapa pertanyaan untuk mengetahui situasinya yang menyedihkan.

Ternyata ibu pria itu meninggal ketika ia masih kecil, ayahnya menikah lagi, tetapi ibu tirinya memperlakukannya sangat buruk dan sering memarahinya.

Mendengar itu, Luu Van Tu pun merespon dengan bijak.

"Meskipun hidup ini sangat sulit, kita semua harus bergerak maju. Saya juga berpikir bahwa rintangan ini sangat sulit untuk diatasi, tetapi lihatlah saya, sekarang bukankah saya menjalani kehidupan yang sangat baik?" kata Luu Van Tu.

Melihat respon pemuda itu yang perlahan menurunkan pisaunya.

"Pikirkan orang-orang yang mencintaimu. Jika kamu mati, bukankah mereka akan sangat menderita? Orang mati tidak akan punya apa-apa lagi." lanjutnya.

Luu Van Tu juga menangis setelah mengatakan kalimat tersebut.

Kemudian ia secara perlahan berjalan ke tepi jembatan mendekati laki - laki itu dan memeluknya dengan erat.

Saat itu, Luu Van Tu sepertinya menjadi pendukung terkuat pria tersebut.

Melihat emosi siswa laki-laki itu sudah mereda, polisi dan pemadam kebakaran mulai mendekat.

Namun tiba-tiba, Luu Van Tu melakukan tindakan yang mengejutkan semua orang karena ia memeluk leher siswa laki-laki itu dan mencium bibirnya.

Polisi dan pemadam kebakaran pun mengambil kesempatan untuk menyelamatkannya.

Setelah proses penyelamatan berhasil dilakukan, pria tersebut dibawa ke rumah sakit dan Luu Van Tu diam-diam pergi dari sana.

Beberapa hari kemudian Luu Van Tu menerima informasi dari polisi bahwa pria tersebut tidak kooperatif dan hanya ingin bertemu dengannya lagi.

Saat Luu Van Tu tiba di kantor polisi untuk menemui pria tersebut, suasana hati siswa laki-laki itu menjadi lebih stabil.

Kali ini, perkataan siswa laki-laki tersebut yang mengejutkan pihak kepolisian.

Pria tersebut mengatakan bahwa dirinya dan Luu Van Tu adalah orang asing yang belum pernah saling kenal sebelumnya.

Polisi mempertanyakan mengapa Luu Van Tu mengaku sebagai pacar siswa laki-laki tersebut dan menyelamatkannya.

Luu Van Tu merenung sejenak lalu menjawab: "Saya bekerja sebagai konsultan lobi hotel, jadi saya sering menghadapi situasi darurat. Saat ini, saya harus menempatkan diri pada posisi orang lain dan memikirkan segalanya. Hanya dengan begitu kita dapat menyelesaikannya masalahnya lebih baik. Dia hanya ingin diperhatikan."

Mengenai ciuman yang dilkaukannya, Luu Van Tu mengaku bahwa penyelamatan orang adalah hal yang mendesak, dan menurutnya itu adalah cara terbaik yang bisa membantu siswa itu menjadi tenang.

Namun, saat menerima pujian, Luu Van Tu dengan rendah hati berkata: "Saya hanya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, itu bukan masalah besar."

Diketahui juga ternyata Luu Van Tu memiliki keluarga yang tak utuh. Setelah perceraian terjadi diantara kedua orang tuanya tidak ada yang mau membesarkan anak mereka.

Ia menjadi anak terlantar, tinggal di rumah kakek dan neneknya bersama saudara perempuannya yang tuli dan bisu.

Sejak itu, Luu Van Tu harus bersekolah, menjaga adiknya, dan melakukan pekerjaan rumah.

Hidupnya sulit tapi Luu Van Tu sangat pekerja keras, patuh dan hangat.

Luu Van Tu juga sangat disukai orang-orang karena ia selalu memperlakukan orang di sekitarnya dengan sangat baik.

Setelah bersekolah selama beberapa tahun, Luu Van Tu terpaksa harus putus sekolah karena harus bekerja, kakek dan neneknya sudah tidak mampu lagi membiayai Pendidikannya.

Saat itu, Luu Van Tu pernah berpikir: "Mengapa saya begitu sengsara? Apakah saya orang yang paling sengsara di dunia ini?”

Menghadapi situasi itu, Luu Van Tu mempunyai pikiran negatif dan berniat menggunakan pisau untuk menggorok pergelangan tangannya.

Untungnya, saudara perempuannya menemukannya tepat waktu dan membawanya ke rumah sakit sehingga ia selamat.

Setelah pengalaman "kematian dan kebangkitan" itu, Luu Van Tu berubah pikiran sepenuhnya.

Ia bertekad untuk membangun kembali hidupnya karena jika dia meninggal, saudaranya akan sangat menderita.

Luu Van Tu pergi ke Shenzhen untuk bekerja dan dipekerjakan sebagai pegawai lobi hotel.

Berkat ketekunan dan ketangkasannya, segalanya perlahan membaik.

Saat itu ia juga secara tidak sengaja bertemu dengan siswa laki-laki tersebut dan menyelamatkan nyawanya.

Kebaikan Luu Van Tu sebenarnya berasal dari rasa simpatinya sendiri.

Setelah melewati keadaan sulit serupa, Luu Van Tu sangat memahami anak itu, jadi ia bertekad untuk menyelamatkan nyawanya.

Hal itu ia lakukan agar siswa laki-laki itu bisa memiliki kesempatan untuk membangun kembali kehidupannya sepertinya.