Jarang yang Tahu, Kaum Good Looking Berhutang Budi Pada Ilmuan Muslim ini

Jarang yang Tahu, Kaum Good Looking Berhutang Budi Pada Ilmuan Muslim ini

Apa kalian pernah mencoba bagaimana cara agar terlihat good looking ? Apa pernah kalian mengetik di Google atau Youtube bagaimana cara menghilangkan jerawat ? Apa kalian pernah melihat iklan obat penumbuh rambut atau iklan obat yang bisa membuat orang berkulit putih ? Tenang, kalian tidak sendiri kok. Banyak juga orang yang pernah melakukan pencarian di atas.

Di Indonesia Youtuber kecantikan & kesehatan itu banyak, ada dokter beken bernama Richard Lee yang selalu senantiasa memberikan informasi yang begitu informatif soal skin care & obat-obatan. Ada Clarin Hayes, mbak-mbak good looking yang satu ini sering sekali memberikan tips bagi kita yang sering terjerat masalah kecantikan.

Selanjutnya para kaum ciwi-ciwi pasti sudah sangat familiar dengan dokter Ayman Alatas, dokter yang terkenal dengan kepintaran dan good-lookingnya ini memang kerap kali membuat betah para ABG sampai emak-emak untuk terus melihat video-videonya.

Selain mereka ada banyak sekali Youtuber keren lainnya yang nggak hanya good looking, tapi juga pintar dalam menarik minat pemirsa untuk selalu stand by nunggu postingan video di channel Youtube mereka.

Kira-kira apa Anda tahu, dibalik serba-serbi dunia kecantikan & kesehatan di atas ada andil besar seorang Muslim lho dibaliknya? Tentu saja, nama beliau adalah Ibnu Sina. Sebagian orang mengenal Ibnu Sina sebagai filsuf. Tapi, mayoritas orang mengenal beliau sebagai dokter karena julukannya sebagai bapak kedokteran modern.

Bagi yang penasaran, saya akan kasih tahu. Ibnu Sina memiliki nama panjang Abu Ali al Husain bin Abdullah bin Sina, di negara barat beliau biasa dipanggil dengan nama Avicenna. Beliau lahir di desa Afsana pada bulan Agustus tahun 980 M, letaknya ada di kota Bukhara, dan sekarang menjadi salah satu kota di negara Uzbekistan.

Jika lahir dalam satu zaman, Ibnu Sina sangat cocok disandingkan dengan alm. BJ Habibie, hal itu lantaran mereka memiliki rata-rata kecerdasan yang jauh di atas manusia normal. Saat beliau masih berusia 10 tahun, Ibnu Sina sudah menjadi penghafal al-Quran (hafidz).

Saat beliau berusia 16 tahun, Ibnu Sina sudah mulai belajar mengenai dunia kedokteran kepada salah seorang gurunya yang bernama Abu Abdullah An-Naqili. Tepat sebelum berusia 20 tahun, Ibnu Sina telah berhasil menyelesaikan pendidikannya di bidang kedokteran, dan telah berhasil menjadi dokter muda.

Di balik kesibukannya berkutat dalam dunia kedokteran, beliau juga aktif mempelajari ilmu lain. Diantaranya seperti Matematika, Filsafat, Kimia, Fisika, Politik dan lain sebagainya. Maka dari itu tidak mengherankan, jika diusianya yang baru menginjak 21 tahun sudah berhasil menerbitkan ratusan karya.

Contohnya menciptakan kitab al-Hashil Wa al-Mashul yang membahas tentang Fikih, Ilmu Tafsir, dan ilmu Tasawuf, kitab Jami’ul Bada’ tentang Tafsir Al-Qur’an, kitab Hikmah al-Masyriqiyyin tentang filsafat ketimuran, kitab al-Isaghuji tentang ilmu logika, kitab Fi Isybatin Nubuwwat tentang metafisika kenabian, dan  telah berhasil menciptakan ratusan kitab-kitab yang lain. Namun, diantara itu semua ada satu yang paling terkenal, namanya adalah kitab al-Qanun fi Tibb yang menjelaskan  tentang dunia kedokteran.

Kitab al-Qanun fi Tibb dikenal sebagai The Canon of Medicine dalam bahasa Inggris, saking pentingnya bagi dunia kedokteran, banyak negara yang menerjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Bukan hanya di dunia Islam, kitabnya juga menjadi rujukan utama di Eropa pada masanya, dan sangat bermanfaat bagi perkembangan di dunia kedokteran.

Di Indonesia sudah ada beberapa buku yang membahas kitab al-Qanun fi Tibb, baik secara singkat maupun panjang lebar. Salah satunya yakni berupa buku yang diterbitkan oleh Universitas Padjajaran melalui UNPAD Press pada tahun 2017, dengan judul Al-Qanun Fi at-Tibb Edisi Teks dan Terjemahan (Undang-Undang Kedokteran Karya Ibn Sina w. 1037 M.)

Tertulis dalam buku terjemahan ini apabila salah satu naskah al-Qanun fi Tibb tercatat menjadi koleksi dari perpustakaan Alexandria di Mesir. Kitab ini tertulis tahun 692 H, penyalinnya bernama Abd al-Karim al-Qutbi al-Hanafi, dan beliau melakukan penyalinan naskah ini di tahun 1006 H.

Setidaknya dalam kitab itu berisi 5 bagian, yang mana dari kitab 1 sampai kitab 5, masing-masing membahas mengenai materi yang berbeda-beda. 

Kitab pertama, isinya tentang definisi kedokteran, tujuan, dan ruang lingkupnya, termasuk organ dan anatomi tubuh. Dijelaskan pula dalam bagian ini mengenai beberapa penyakit, beserta penyebab dan cara penyembuhannya. 

Kitab kedua, berisi tentang pengetahuan mengenai obat-obatan tertentu (khusus), yang terkandung dalam sejumlah besar tanaman obat dari berbagai negara mulai dari Persia (Iran), Arab, India, Cina dan Barat (Yunani). 

Kitab ketiga, membahas mengenai penyakit yang mempengaruhi bagian tubuh, gejalanya, penyebabnya, sampai pengobatannya juga tertulis lengkap di bagian ini. 

Kitab keempat, isinya sangat variatif, penyakit kategori parah seperti patah tulang, dislokasi. Sampai penyakit yang lebih ringan seperti cacar, campak dijelaskan beserta penangkalnya. 

Kitab kelima, di bagian terakhir berisi tentang materi penyembuhan, jadi pembahasannya mengenai obat-obatan racikan, dan senyawa obat. Dijelaskan pula tentang penyakit kulit, terapi, juga tentang cara penggunaan obat diseluruh anggota badan. 

Lebih spesifiknya, dalam sub-sub bab di kitab al-Qanun fi Tibb, tertulis macam-macam pengobatan yang sangat familiar di dunia kecantikan dan kesehatan. Seperti cara mengobati bengkak, cara meredakan rasa sakit, mengenai pijat, mandi dengan air dingin, pengobatan bekam dan lainnya. Bahkan tertulis juga cara menjadi langsing di kitab ini, hal itu tertulis di Ta’lim IV, di pasal 5, mengenai membantu orang gemuk menjadi kurus.

Wah, sangat tidak terduga kan? Ternyata karya Ibnu Sina sangat luar biasa, kitab ciptaanya bisa dikatakan sebagai kitab penolong kaum good looking. Jadi nggak salah deh kalau beliau kita jadikan role model, karena selain berprestasi, beliau juga berhasil mengamalkan prinsipnya sebagai orang yang hidup tidak lama, tapi mampu bermanfaat bagi orang lain.